- KABUPATEN SOLOK MENCETAK SEJARAH MENDAPATKAN PENGHARGAAN ADIPURA
- Asnur, SH, MM dilantik sebagai Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Solok
- PEMBERITAHUAN AMDAL RLA
- SOSIALISASI MAGGOT DI NAGARI BATU BAJANJANG
- SOSIALISASI BANK SAMPAH KE MASYARAKAT DAN SEKOLAH
- STANDAR PELAYANAN
- SOSIALISAI BANK SAMPAH DI NAGARI KOTO HILALANG
- Koordinasi dengan Pemerintahan Nagari Batu Bajanjang terkait rencana pelaksanaan sosialisasi dan wor
- Workshop Pengelolaan Sampah melalui Budidaya Maggot/Black Soldier Fly (BSF) di Nagari Cupak
- Launching Nagari Pilot Project
Kerusakan Lingkungan Picu Banjir Besar Sumbar
Keterangan Gambar : Ini bukan danau, tapi puluhan hektar areal petanian masyarakat yang berubah jadi danau karena terendam banjir besar di Nagari Siguntur, Kabupaten Dharmasraya. Masyarkat menangung rugi besar karena padi sawah siap panen dihanyutukan banjir. B
PADANG, HALUAN-Bencana banjir bersar yang menerjang sejumlah daerah di Sumbar, tidak semata disebabkan oleh tingginya intensitas curah hujan namun juga dipicu oleh kerusakan lingkungan. Seperti di Kabupaten Solok Selatan yang direndam banjir dan longsor itu, terdapat 22 Izin Usaha Pertambangan. Belum lagi aktivitas Pertambangan Tanpa Izin (peti).
Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumbar menegaskan, kerusakan lingkungan menjadi faktor penyebab meningkatnya ancaman bencana ekologis di Sumatera Barat. "Bencana banjir, banjir bandang dan tanah longsor yang melanda 7 kabupaten kota di Sumatera Barat dua hari terakhir terjadi tidak hanya disebabkan oleh faktor iklim dimana turunnya hujan dengan intensitas tinggi , tapi juga dipicu oleh kerusakan lingkungan," jelas Direktur Eksektif Daerah Walhi Sumbar, Uslaini kepada haluan, tadi malam.
Sedangkan faktor utama penyebab kerusakan lingkungan di Sumatera Barat, kata Uslaini, adalah kegiatan eksploitasi sumber daya alam yang tidak memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Baca Lainnya :
- Pemkab Solok Gelar Lomba Karya Cipta Berbahan Sampah2
- Pembukaan hutan di hulu pemicu banjir Solok0
- Bupati Solok H. Gusmal Terima Penghargaan UNESCO1
- DLH Kabupaten Solok Gelar Lomba untuk Kader PKK1
Mengutip data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang dikeluarkan Maret 2015, di Sumbar terdapat 262 Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang 188 IUP berstatus operasi produksi dengan komoditas emas, timah hitam, galena, bijih besi, tembaga, mangan, batu kapur, kalsit dan batu bara. Aktivitas pertambangan terbuka ini pasti memberi dampak besar bagi lingkungan karena berkurangnya daerah tangkapan air, meningkatnya laju aliran permukaan dan meningkatnya erosi lahan sehingga merusak daerah aliran sungai. Hal itu diperparah lagi dengan aktifitas Pertambang Tanpa Izin (PETI) di sepanjang daerah aliran sungai DAS Batanghari, dimana aktifitas PETI ini tidaklagi merupakan tambang tradisional dengan alat sederhana tapi sudah menggunakan alat berat. "Hal ini tentu mempengaruhi daya dukung dan daya tampung DAS saat hujan turun dengan intensitas tinggi," jelasnya.
Walhi Sumbar juga mengingatkan, persoalan rusaknya lingkungan juga terjadi di Kabupaten kota lainnya di Sumatera Barat, faktor pemicunya tidak hanya tambang. Di Kabupaten Pasaman Barat keberadaan perkebunan monokultur kelapa sawit juga mempengaruhi kondisi lingkungan dan meningkatnya aliran permukaan sehingga menimbulkan bencana banjir. Di Kabupaten 50 Kota khususnya Kecamatan Pangkalan, banjir sangat dipengaruhi oleh keberadaan Dam Koto Panjang. "Catatan WALHI Sumatera Barat, banjir besar pertama kali terjadi di Pangkalan Koto Baru pada 6 Januari 1998 dan 2 Februari 1998, dimana ketinggian banjir lebih dari 3 meter atau sampai ke loteng rumah warga dan memutus jalan Payakumbuh Pekanbaru Riau," kat Uslaini.
Kedepan, Walhi Sumbar memprediksi ancaman bencana serupa akan semakin tinggi di Sumatera Barat. Hal ini terlihat dari banyaknya izin eksplorasi yang ada dan berpotensi merusak lingkungan skala luas. Di Kabupaten Solok Selatan saja saat ini terdapat 19 IUP dengan status ekplorasi dengan luas izin usaha 58.356 Ha. Di Sumatera Barat terdapat 74 IUP Eksplorasi. "Jika saja Gubernur Sumbar terpilih nanti memberikan izin operasi produksi tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan, maka niscaya kejadian bencana akan menjadi menu pokok masyarakat Sumbar di masa depan," pungkasnya. (h/dn)